URUTAN KEGIATAN PENAYUHAN DI PEKON

Penayuhan adalah sebuah prosesi adat Lampung Barat di Liwa khususnya dalam melaksanakan akad nikah seseorang dimana dalam proses tersebut orang tua yang menikahkan anaknya mengundang sanak famili kerabat handai taulan untuk merayakan dengan penuh suka cita adapun proses dan langkah-langkahnya menurut adat istiada adalah sbb :


Ngulang Rasan;

Pada acara ini diawali dari pergaulan muda-mudi yang berkelanjutan dengan kesepakatan bersama untuk mengikuti sunah rosul yaitu menjalin keluarga, pada saat ini kedua belah pihak menceritakan hal ikhwal yang telah disepakati berdua seperti maskawin, ketentuan tentang bentuk “semanda, metudau, jujur dan lain-lain” maka setelah terjadi kesepakatan keduanya masing-masing pihak menceritakan kepada orang tua masing-masing.

Warah;

Pihak orang tua masing-masing memanggil sanak famili keluarga handai taulan tentang apa yang disampaikan oleh anaknya yaitu untuk menjalin keluarga/nikah dalam bahasa Lampung “ngeperangkatkon sanak nutukanko kerintokanni sai mesanak”. Karena acara ini melibatkan sanak saudara maka pihak sanak saudara diundang dan proses tersebut kedua orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada minak mori, handai taulan dan kerabat.

Berasan ;

Atas dasar tersebutlah maka pihak handai taulan dan kerabat dekat pihak calon penganten laki-laki datang kepada calon penganten pihak perempuan dengan membawa bahan-bahan syarat berasan berupa siwok kelapa cambai rokok dll. Yang dianggap perlu dan diserahkan kepada penganten pihak perempuan sebagai peratong bukti bahwa keberangkatan mereka memang disuruh yang tertua dari rumah selanjutnya mereka membicarakan tentang hal ikhwal yang disampaikan oleh anak-anak mereka, dan pada tahap ini pihak yang dipercayakan “sai pepatutni” berangkat berasan “ngebelongko rencaka” kepada pihak penganten perempuan dan sampai pada semaya “waktu pelaksanaan prosesi akad nikah dimulai” serta acara yang akan dilaksanakan sesuai adat istiadat. Dalam proses ini biasanya memakai tangguh-tangguh bahasa lampung yang halus serta tata cara yang sangat sopan untuk mengambil mantu, pada orang awam biasanya kurang faham karena untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasa lampung yang lama dan halus setiap maksud dan tujuan memakai “apai cawa” waktunya pun bisa sampai pagi hari demikian juga pihak calon penganten perempuan menunggu kedatangan handai taulan dari pihak calon penganten laki-laki adapun yang dibicarakan dalam acara berasan tersebut.

Tangguh awal – Ngebuka tangguh;

Berasan – dari cerita awal hal ikhwal anak mereka yang memang disuruh untuk mencari pendamping hidup dan bertemu dengan calon pihak penganten perempuan atas tunjukni Tuhan serta Bimbinganni Nabi maka kedua anak kita bertemu, pada tahap ini tentang besarnya Dau Balak Dau Lunik dibicarakan, Maskawin, serta kedudukan calon penganten perempuan agar dapat mencadi “Seser Nyawani Tian rua Jong Minggoman”, berarti sedapat mungkin calon penganten perempuan untuk metudau dengan dau belanja yang ditentukan.

Pada tahap ini semua yang terlibat pada acara berasan mendapatkan tangguh, jadi yang terdapat di ruang tersebut sedapat mungkin mendapat giliran untuk menjawab tangguh yang disampaikan setelah semuanya mendapat giliran maka baru diambil kesimpulan itulah musawarah berasan dalam adat lampung semua dilibatkan tidak bisa secepat mungkin untuk diputuskan, pembicaraan yang disampaikan pun semua orang yang hadir mencermati dari kata-perkata tersebut, inilah sebetulnya yang membuat suatu pembicaraan menjadi lama, ada kesan seolah-olah bertele-tele akan tetapi itulah resikonya apabila sudah diserahkan kepada handai taulan, semua harus terlibat dan dihormati keputusannya.setelah pulang dari berasan pihak – pihak yang dipercayakan membawa pulang hasil keputusan berasan tersebut.

Selanjutnya pihak calon penganten laki-laki mengadakan impun bahmekonan yaitu pemberitahuan kepada seluruh handai taulan di kampung tersebut, baik sanak saudara atau pun kerabat tetangga jiran/beda tuha adat/beda suntan untuk ikut impun dalam impun ini membicarakan antara lain :

Menceritakan yang telah terjadi yaitu tentang berasan, dan waktu semaya ;

intini yaddo sekam rumpok na jak berasan nutukan ko sai pepatutni kala dinana na ajo radu reji ganjorni kuti rumpok minak mori ampai pandai dikala bingi sinji jadi sekam rumpok na haga kilu mahaf jama neram rumpok sai wat tesemuka di lamban sinji dikala bingi sinji sai kerua yaddo sekam rumpok juga berasan sampai di semaya yaddo kak rani Kamis bulan hadapji nepat di tanggal sekian, senno juga sekam rumpok kilu mahaf na ajo ram radu kumpul tesemuka kittu haga tiumbangko waktu semaya seno tiijako atau tiudiko terserah jama neram rumpok

Itulah bahasa bahwa pekerjaan tersebut diserah totalkan kepada yang hadir disitu diikutkan atau diserahkan sepenuhnya menjadi kerjaan kita bersama.

Selanjutnya cancang gimbungni guaian maksudnya siapa-siapa yang akan diikutkan dalam acara tersebut dan dalam rangka pelaksanaan tersebut tentu banyak pekerjaan yang akan dikerjakan seperti :

Kumpul dihari pertama; perempuan bikin selimpok, napay dan pihak ragah membuat tempat kumpul-kumpul (nyani rang penyunjongan) kelasa tarup dll. Dan yang lain mencari pancung lemang di hutan.

Kumpul dihari kedua; melaway “mencari ikan” dan Ngabing Anau “dahan muda batang aren untuk salah satu bahan sayuran/gulai”.

Kumpul hari ketiga; yaitu ngelemang, neyerali siwok, motong ayam, kambing, sapi dll. Dan pada hari ini sudah mulai kumpul dari luar kampung / handai taulan dari jauh-jauh datang untuk menolong bekerja (beda kampung/desa)

Kumpul dihari keempat; yaitu acara hari H nya pengantenan dihari ini pihak penganten perempuan datang ke pihak penganten laki-laki diiringi arak-arakan lapah dibah sesuai di adat cara jalan atau yang menjalankan seperti lapah suntan, lapah raja, lapah batin, dll. Biasa dalam acara arak-arakan ini diiringi dengan tari hadra serta pincak silat untuk memeriahkan acara prosesi lapah dibah. Sampai pada tempat pertemuan di dalam panggung atau di dalam rumah pihak calon penganen laki-laki dalam panggung atau rumah juga ada proses adat yang dilaksanakan.

Malam harinya yaitu ada acara nyambai perpisahan muli meranai kalau selama ini mereka bersama-sama sebagai muli meranai maka malam ini adalah malam perpisahan dari bujang menjadi ragah ngura, yang akan mejalankan kehidupan berumah tangga, pada acara ini biasanya sampai pagi hari.

Demikianlah sekelumit acara penayuhan, semua pesta pora disediakan penuh suka cita dan doa tanpa embel-embel seperti zaman sekarang ma’af pakai “Amplop” karena pihak saiful hajjat sudah menyediakan segalanya untuk anak mereka dengan tulus ihkhlas yang akan meneruskan kelanjutan keturunan mereka. Karena kata nayuh berasal dari katta nayyah berarti banyak tersedia / lampon / segalani adu kari.

Wassalam Tabik Pun ajo cuma cerita singkat makung hak sesuai dikepatutanni cerita.