APALAH ARTI DAN MAKNA SEBUAH ADOK/GELAR DALAM TATANAN HADAT ISTIADAT LAMPUNG

Adok adalah sebuah nama/gelar panggilan terhadap seseorang tatkala seseorang tersebut telah menginjak suatu proses perkawinan/menikah, maka sejak pernikahan terseut setelah selesai akad nikah biasanya dianugerahi sebuah gelar/adok.

Pemberian gelar adok tersebut didasarkan kepada strata/tingkatan orang tersebut didalam adat istiadat dimana dia hidup dan berkumpul selama ini, hakekat utamanya adalah agar terjadi suatu ketentraman dalam strata adat istiadat tersebut, disamping itu ada peran dan tanggung jawab yang besar dengan menyandang gelar dari sebuah adat istiadat tersebut, untuk mengayomi yang berada disekelilingnya, memperhatikan masyarakat dibawah tanggung jawabnya, serta masih banyak lagi peran-peran yang dipegang oleh seorang kepala hadat, baik itu dari Suntan yang tertinggi, s.d. Kiemas / Mas pada tingkatan yang terendah, adapun tingkatan tersebut hakekatnya bukanlah sebuah tujuan atau gengsi yang dipegang dalam adat istiadat, akan tetapi tingkatan tersebut menunjukan seberapa besar peranannya dan tanggung jawabnya dalam mengayomi masyarakat lingkungan adat tersebut. Karena peran seorang Suntan lebih besar dari pada yang dibawahnya, baik itu sumbangan materi, waktu, perhatian dll. terhadap masyarakat dalam lingkungan adat tersebut.

Kalau kita renungkan untuk apa berburu dan sangat-sangat berharap terhadap sebuah gelar adat / adok tersebut, karena sudah barang tentu semakin besar gelar yang disandang maka waktu dan perhatiannya akan lebih besar kepada masyarakat dari pada kepentingan pribadinya ini adalah sebuah tuntutan dan kewajiban dari hakekat gelar / adok itu sendiri. Disamping itu sanggupkah kita mempertanggung jawabkan kepemimpinan adat tersebut kepada Tuhan Allah Swt karena pertanggungjawabannya hanya kepada sang Khalik yang mengamanahkan gelar/adok itu berdasarkan keturunan yang kita sandang. Karena kita tidak bisa hanya berbicara tanpa memberi contoh, atau karena kita mempunyai sejumlah kekayaan maka kita hanya menunjuk ini dan itu serta memerintah dari atas kursi kepemimpinan adat tanpa bukti-bukti dan keberanian untuk mengangkat lengan baju untuk berbuat serta memberi contoh?. Sekali lagi itu sangat-sangat susah apalagi dizaman yang sudah moderen ini dimana sebuah materi dijadikan acuan dengan tingkatan ekonomi yang tinggi segalanya bisa memerintah apa yang tidak bisa kalau ada uang sehingga lebih memaksakan kehendak untuk dihormati karena ada faktor ekonomi/kekayaan. Lebih banyak yang mau dihormati tanpa bisa menghormati orang lain, menghormati saja susah apa lagi memberi contoh mengayomi dan lain sebagainya.

Rusaknya strata adat ini yaitu pada zaman penjajahan belanda, dimana masyarakat pribumi lebih menghormati seorang kepala adat/suntan dari pada seorang perwatin/kepala desa yang ditunjuk pada zaman penjajahan tersebut, seorang perwatin dan seorang pesirah akan berpihak kepada penjajah dalam hal menagih pajak, upeti, sewa, dll. Untuk kepentingan penjajah pada masa itu, maka sesuai dengan cara yang selalu dipakai oleh Bangsa Belanda timbul cara memecah belah diantara masyarakat tersebut antara seorang Suntan dengan seorang Perwatin dengan cara seorang perwatin tersebut diberi gelar Adok oleh Penjajah Belanda dengan nama yang sama yaitu selain sebagai perwatin, maka ia berperan juga menyandang Gelar Suntan dalam pemerintahan tujuannya tiada lain agar masyarakat taat, perintah perwatin yang kedudukannya sama dengan seorang Suntan yang benar-benar berdasarkan keturunan, maka sejak itu timbullah beratus-ratus Suntan, yang akhirnya menimbulkan sebuah kerancuan dan kebingungan dalam masyarakat tentang Gelar/Adok tersebut. Dimana anak keturunan dari Perwatin itu disekolahkan oleh Belanda agar lebih pintar dari Tokoh adat yang sebenarnya maka disitulah terjadi suatu kesenjangan yang cukup jauh dimana Seorang Suntan berdasarkan keturunan disibukan oleh pengabdian kepada masyarakatnya sementara Anak keturunan dari Perwatin/Suntan bentukan Belanda tersebut sibuk mengejar ilmu dengan ilmu maka akan lebih pintar, lebih kaya, dan lebih terpandang dalam masyarakat apalagi sekarang segala sesuatu tidak berarti tanpa adanya uang maka lengkap ilmu yang tinggi serta kekayaan yang melimpha serta gelar adok yang masih melekat dalam keluarga.

Itulah sekelumit tentang hakekat gelar adok tersebut, disini saya membuat catatan ini berdasarkan hakekat dan tujuan sebenarnya dari sebuah gelar adok jadi bukan untuk gelar simbolis apalagi untuk kepentingan pribadi, kita boleh membuka kembali lagi sejarah agar kita tidak dibohongi oleh cerita-cerita yang dibuat berdasarkan kepentingan bukan berdasarkan hakekat dan tujuan serta sejarah yang sebenarnya gelar adok itu adalah sebuah pengabdian dan amanah serta berbuat tanpa pamrih untuk rakyat semata. Wallohu Alam semoga masih ada yang sependapat.



Tidak ada komentar: