PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Pendidikan adalah suatu proses yang bisa menjadikan perubahan mendasar bagi seseorang baik dari tahap anak-anak diusia dini ataupun terhadap manusia yang sudah dewasa atau diusia senja, karena pendidikan adalah suatu tuntutan, baik tuntutan dari diri pribadi ataupun tuntutan kehidupan masyarakat secara keseluruhan bahkan tuntutan agama, dimana manusia dituntut untuk belajar mulai dari buayan sampai kepada liang lahat, tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina demikian yang dikatakan tokoh-tokoh agama kepada kita sebagai cambuk untuk selalu belajar dan belajar.

Kalau kita perhatikan dari sisi agama memang demikian, bahkan Alquran pun menyatakan bahwa dalam surat wal ashri apabila hari ini sama dengan hari kemaren sesungguhnya kita termasuk orang-orang yang merugi untuk itulah kita juga dituntut agar selalu meningkatkan disegala hal pengetahuan kita kepada hal-hal yang terbaik tentunya karena apa yang kita laksanakan akan selalu bersinggungan dengan hal-hal yang selalu mempunyai dasar pemikiran. Apa upaya yang kita lakukan untuk mencapainya tentu banyak hal yang bisa kita pelajari.

Banyak jalan menuju roma, demikian pepatah yang juga bisa kita jadikan dasar untuk mencapai peningkatan pendidikan tersebut, jadi telah banyak tersedia cara yang dapat kita tempuh untuk mencapainya seperti dengan adanya pengajian, kursus-2, madrasah-2, pesantren-2, sekolah-2 baik sekolah yang dibangun pemerintah atau suwasta, bahkan dengan belajar paket pun kita dituntut untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tersebut. Setelah itu maka timbul pertanyaan apa kolerasinya antara pendidikan dan kebudayaan, tentunya pendahulu-pendahulu kita berfikiran sangatlah panjang tentang perkembangan bangsa kedepan diawal-awal pembentukan negara kesatuan republik indonesia, bagaimana membentuk karakter seseorang yang seimbang antara pendidikan yang tinggi dengan budaya yang tinggi pula, tanpa meninggalkan identitas resmi kita sebagai Bangsa Indonesia yang berbudaya tinggi, bahkan kita mengklaim bahwa bangsa kitalah yang paling tinggi tingkat harkat buadayanya di dunia internasinal sekalipun dan ini memang terbukti.

Untuk itu upaya apa yang telah kita lakukan untuk mempertahankan budaya yang tinggi dan bermartabat itu, sudahkah kita berfikiran sedikitpun untuk mempertahankannya sehingga tetap eksis dan berkembang sampai saat ini yang katanya sudah memasuki zaman moderen, era globalisasi kata orang-orang kota. Kita seharus nya tidak perlu menutup mata akan hal ini, kita harus mengakui dan jujur bahwa kita telah meninggalkan jauh sifat karakter kita sebagai masyarakat yang berbudaya tinggi, kita lebih senang dikatakan sebagai orang moderen, akan tetapi kita sendiri tidak mengerti apa itu moderen, bahkan kita berupaya mengejar sesuatu yang ada di bintang yang kita sendiri tidak tau apa itu sebenarnya.

Semua itu terbukti seperti yang terjadi di kampung halamanku, hampir tidak terdengar lagi musik-musik hadra, musik bedikerh, bahkan orkes lagu daerah yang biasa disenandungkan sudah jarang terdengar anak muda gandrung dengan musik house gandrung dengan gemerlap nya pesta pora karena itu katanya moderen, bahkan orang tua renta pun kembali ikut kegiatan anak-anak muda berdansa hura-hura pada acara-acara yang seharusnya sakral seperti pernikahan, sunatan, dan kegiatan adat lainnya yang semestinya diliputi oleh doa-doa dan dukungan budaya adat istiadat dari masyarakat yang penuh berkah tentunya. Itukah tindakan tanpa sadar kita telah meninggalkan identitas resmi kita hanya untuk sebuah hura-hura sesaat yang diklaim sebagai tradisi yang moderen.

Dengan tindakan itu juga berimbas kepada hal-hal lain sebagai contoh dilingkungan anak-anak sekolah, mahasiswa, masyarakat umum, intelektual tinggi, bagaimana kita melihat imbas tauran antar anak dalam satu sekolah, antar anak-anak beda sekolah, demonstrasi yang anarkis, lebih suka demonstrasi dari pada belajar tekun disekolah, serta perdebatan yang ”maaf” dengan menggunakan kata-kata yang tidak pantas dikatakan oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi inikan yang dikatakan moderen?. Bukankah ini menunjukan bahwa akar budaya sudah mulai menipis dari diri pribadi kita dari rumusan awal yang dibuat, kita sudah jauh meninggalkan budaya bahkan dalam dunia pendidikan pun kita tidak mendengar lagi yang namanya Kebudayaan, kebudayaan sudah dijadikan komoditas bisnis pada ajang pariwisata bukan lagi sebagai identitas dari suatu budaya masyarakat tertentu yang tentunya dijunjung tinggi sebagai identitas yang sangat-sangat dihormati dan sakral adanya.

Untuk itu marilah kita kembali pada budaya yang luhur tadi, tidakkah kita melihat bangsa-bangsa lain yang maju tanpa meninggalkan ciri khas budayanya, mereka tidak malu menunjukan identitas budaya bangsanya demikian juga dengan kita tentunya, kita boleh menuntut ilmu yang tinggi tanpa harus meninggalkan kebudayaan yang kita miliki, dengan memiliki kebudayaan maka kita diharapkan akan sesuai dengan harapan pendiri bangsa zaman dahulu, mereka menginginkan bangsa yang berpendidikan dan berkebudayaan tinggi, bisa saling menghargai, gotong royong, rasa memiliki yang tinggi, bersatu padu dalam kebhinekaan, mengutamakan kepentingan bersama, adanya saling menghormati antar sesama dan masih banyak lagi hal-hal lain yang patut kita jadikan contoh.

Dengan memahami budaya tersebut bukannya kita bermaksud untuk kembali lagi kepada masa lalu atau kembali ke zaman bahola, akan tetapi dalam budaya tersebut masih banyak hal-hal yang bisa mengarahkan kita pada manusia yang berbudaya masih cocok untuk dipertahankan hingga saat ini, walaupun saat ini dikatakan sudah memasuki zaman moderen akan tetapi budaya tetap menjadi identitas resmi kita yaitu bangsa yang Berpendidikan dan Berbudi luhur serta Berbudaya tinggi yang tidak dimiliki oleh bangsa lain, maka akan sesuailah rumusan yaitu Pendidikan dan Kebudayaan yang tidak bisa dipisah-pisahkan bahkan saya sangat setuju didalam masyarakat yang berpendidikan maka akan terdapat pula kebudayaan yang luhur Amin.

Tidak ada komentar: