URUTAN KEGIATAN PENAYUHAN DI PEKON

Penayuhan adalah sebuah prosesi adat Lampung Barat di Liwa khususnya dalam melaksanakan akad nikah seseorang dimana dalam proses tersebut orang tua yang menikahkan anaknya mengundang sanak famili kerabat handai taulan untuk merayakan dengan penuh suka cita adapun proses dan langkah-langkahnya menurut adat istiada adalah sbb :


Ngulang Rasan;

Pada acara ini diawali dari pergaulan muda-mudi yang berkelanjutan dengan kesepakatan bersama untuk mengikuti sunah rosul yaitu menjalin keluarga, pada saat ini kedua belah pihak menceritakan hal ikhwal yang telah disepakati berdua seperti maskawin, ketentuan tentang bentuk “semanda, metudau, jujur dan lain-lain” maka setelah terjadi kesepakatan keduanya masing-masing pihak menceritakan kepada orang tua masing-masing.

Warah;

Pihak orang tua masing-masing memanggil sanak famili keluarga handai taulan tentang apa yang disampaikan oleh anaknya yaitu untuk menjalin keluarga/nikah dalam bahasa Lampung “ngeperangkatkon sanak nutukanko kerintokanni sai mesanak”. Karena acara ini melibatkan sanak saudara maka pihak sanak saudara diundang dan proses tersebut kedua orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada minak mori, handai taulan dan kerabat.

Berasan ;

Atas dasar tersebutlah maka pihak handai taulan dan kerabat dekat pihak calon penganten laki-laki datang kepada calon penganten pihak perempuan dengan membawa bahan-bahan syarat berasan berupa siwok kelapa cambai rokok dll. Yang dianggap perlu dan diserahkan kepada penganten pihak perempuan sebagai peratong bukti bahwa keberangkatan mereka memang disuruh yang tertua dari rumah selanjutnya mereka membicarakan tentang hal ikhwal yang disampaikan oleh anak-anak mereka, dan pada tahap ini pihak yang dipercayakan “sai pepatutni” berangkat berasan “ngebelongko rencaka” kepada pihak penganten perempuan dan sampai pada semaya “waktu pelaksanaan prosesi akad nikah dimulai” serta acara yang akan dilaksanakan sesuai adat istiadat. Dalam proses ini biasanya memakai tangguh-tangguh bahasa lampung yang halus serta tata cara yang sangat sopan untuk mengambil mantu, pada orang awam biasanya kurang faham karena untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasa lampung yang lama dan halus setiap maksud dan tujuan memakai “apai cawa” waktunya pun bisa sampai pagi hari demikian juga pihak calon penganten perempuan menunggu kedatangan handai taulan dari pihak calon penganten laki-laki adapun yang dibicarakan dalam acara berasan tersebut.

Tangguh awal – Ngebuka tangguh;

Berasan – dari cerita awal hal ikhwal anak mereka yang memang disuruh untuk mencari pendamping hidup dan bertemu dengan calon pihak penganten perempuan atas tunjukni Tuhan serta Bimbinganni Nabi maka kedua anak kita bertemu, pada tahap ini tentang besarnya Dau Balak Dau Lunik dibicarakan, Maskawin, serta kedudukan calon penganten perempuan agar dapat mencadi “Seser Nyawani Tian rua Jong Minggoman”, berarti sedapat mungkin calon penganten perempuan untuk metudau dengan dau belanja yang ditentukan.

Pada tahap ini semua yang terlibat pada acara berasan mendapatkan tangguh, jadi yang terdapat di ruang tersebut sedapat mungkin mendapat giliran untuk menjawab tangguh yang disampaikan setelah semuanya mendapat giliran maka baru diambil kesimpulan itulah musawarah berasan dalam adat lampung semua dilibatkan tidak bisa secepat mungkin untuk diputuskan, pembicaraan yang disampaikan pun semua orang yang hadir mencermati dari kata-perkata tersebut, inilah sebetulnya yang membuat suatu pembicaraan menjadi lama, ada kesan seolah-olah bertele-tele akan tetapi itulah resikonya apabila sudah diserahkan kepada handai taulan, semua harus terlibat dan dihormati keputusannya.setelah pulang dari berasan pihak – pihak yang dipercayakan membawa pulang hasil keputusan berasan tersebut.

Selanjutnya pihak calon penganten laki-laki mengadakan impun bahmekonan yaitu pemberitahuan kepada seluruh handai taulan di kampung tersebut, baik sanak saudara atau pun kerabat tetangga jiran/beda tuha adat/beda suntan untuk ikut impun dalam impun ini membicarakan antara lain :

Menceritakan yang telah terjadi yaitu tentang berasan, dan waktu semaya ;

intini yaddo sekam rumpok na jak berasan nutukan ko sai pepatutni kala dinana na ajo radu reji ganjorni kuti rumpok minak mori ampai pandai dikala bingi sinji jadi sekam rumpok na haga kilu mahaf jama neram rumpok sai wat tesemuka di lamban sinji dikala bingi sinji sai kerua yaddo sekam rumpok juga berasan sampai di semaya yaddo kak rani Kamis bulan hadapji nepat di tanggal sekian, senno juga sekam rumpok kilu mahaf na ajo ram radu kumpul tesemuka kittu haga tiumbangko waktu semaya seno tiijako atau tiudiko terserah jama neram rumpok

Itulah bahasa bahwa pekerjaan tersebut diserah totalkan kepada yang hadir disitu diikutkan atau diserahkan sepenuhnya menjadi kerjaan kita bersama.

Selanjutnya cancang gimbungni guaian maksudnya siapa-siapa yang akan diikutkan dalam acara tersebut dan dalam rangka pelaksanaan tersebut tentu banyak pekerjaan yang akan dikerjakan seperti :

Kumpul dihari pertama; perempuan bikin selimpok, napay dan pihak ragah membuat tempat kumpul-kumpul (nyani rang penyunjongan) kelasa tarup dll. Dan yang lain mencari pancung lemang di hutan.

Kumpul dihari kedua; melaway “mencari ikan” dan Ngabing Anau “dahan muda batang aren untuk salah satu bahan sayuran/gulai”.

Kumpul hari ketiga; yaitu ngelemang, neyerali siwok, motong ayam, kambing, sapi dll. Dan pada hari ini sudah mulai kumpul dari luar kampung / handai taulan dari jauh-jauh datang untuk menolong bekerja (beda kampung/desa)

Kumpul dihari keempat; yaitu acara hari H nya pengantenan dihari ini pihak penganten perempuan datang ke pihak penganten laki-laki diiringi arak-arakan lapah dibah sesuai di adat cara jalan atau yang menjalankan seperti lapah suntan, lapah raja, lapah batin, dll. Biasa dalam acara arak-arakan ini diiringi dengan tari hadra serta pincak silat untuk memeriahkan acara prosesi lapah dibah. Sampai pada tempat pertemuan di dalam panggung atau di dalam rumah pihak calon penganen laki-laki dalam panggung atau rumah juga ada proses adat yang dilaksanakan.

Malam harinya yaitu ada acara nyambai perpisahan muli meranai kalau selama ini mereka bersama-sama sebagai muli meranai maka malam ini adalah malam perpisahan dari bujang menjadi ragah ngura, yang akan mejalankan kehidupan berumah tangga, pada acara ini biasanya sampai pagi hari.

Demikianlah sekelumit acara penayuhan, semua pesta pora disediakan penuh suka cita dan doa tanpa embel-embel seperti zaman sekarang ma’af pakai “Amplop” karena pihak saiful hajjat sudah menyediakan segalanya untuk anak mereka dengan tulus ihkhlas yang akan meneruskan kelanjutan keturunan mereka. Karena kata nayuh berasal dari katta nayyah berarti banyak tersedia / lampon / segalani adu kari.

Wassalam Tabik Pun ajo cuma cerita singkat makung hak sesuai dikepatutanni cerita.

NYUMBANG CUTIK

Ucapan Terima Kasih Jak Menteri Dalam Negeri Jendral (Pur.) Rudini jama Tokoh Adat way Mengaku Suntan Pemuka waktu peresmian Kabupaten Lampung Barat tanggal 24 September 1991. kontribusi masyarakat Way Mengaku menyerahkan tanah adat seluas 32 Ha untuk kepentingan lokasi perkantoran Pemda Lampung Barat.

Wacana terjadi pemekaran ni Lampung Barat ji senangun jak tumbai radu kedengisan jama masyarakat rik haga betul-betul terwujud di masyarakat terutama waktu zamani Alimuddin Umar, SH ngejabat sebagai ketua DPRD Provinsi Lampung.

Zaman dinana kik maksalah wat kampanye Golkar rangni yaddo dilambanni Huzairin tepatni di simpang serdang waktu seno simpang serdang lamban ampai cutik ireh,.. disan wat wacana jak Alimuddin Umar, SH aga menempatkon posisini pusat perkantoran untuk Lampung Barat yaddo di Atar Kudan, Pekon Way Mengaku kik tanno ajo yaddo komplek Perkantoran Pemda.

Nyak aga cerita cutik muneh berdasarkon warah jak sai tuha-tuha bahwa Way Mengakuji wat Persawahan Kering, rang kak aga busaha bedarak kidang syaratni kak radu jak 3 tahun harus maleh rang, tujuanni tanoh sai jak tigarap mawek terlalu tandus istilahni mungkin tipermuda kondisi tanoh yaddo tisani pulan luot semetara, kepemilikanni atar seno deni masyarakat Way Mengaku secara keseluruhan secara hadat istiadat.

Selanjutni muloh luwot mit di rencana pemekaran seno, yaddo waktu kampanyeno tuha-tuha hadat sai wat di Way Mengaku dikumpulkonni. Alhamdullillah 5 (lima) tuha hadat kumpul sunyin daleh setuju jama wacana seno, sebalikni atas kebaikan 5 (lima) tuha hadat yaddo nantini Alimuddin Umar no aga ngejamin bahwa anakni sumbai lima kemeno aga tiangkat jadi PNS. Kidang Allhamdulillah sampai tanno janji seno tinggal janji ria. gelarni masyarakat pekon mawek pandai kung haga nyani perjanjian diatas segel sai ngedok kekuatan hukum ingkah percaya di ralisni janji (lugu rik jujur seno sifani masyarakat pekon) makung pandai haga bebuhungan.

Tanoh sai diserahkon masyarakat Way Mengaku sebetulni sebelah timur masyarakat Way megaku sebagi-bagi dibatasi oleh kepemilikanni tuha-tuha hadat yaddo di sepanjang jalan Flamboyan alamatni kik tanno, sedangkan sebelah barat seunyinni sampai batas way robok jak pingger relaya diserahkon di Pemerintah sebagai Hibah, kidang kenyataanni waktu pengukuran pihak-pihak sai ikut ngebagi tanohno mangsa muneh masyarakat mak pandai jak ipa dasarni tian kemeno mangsa tanoh muneh mungkin mani kala dinana tian jadi Pejabat daleh masyarakat Way Mengaku mawek muneh hak usil terhadap kejadian seno.

Seiring perkembangan zaman nyak pernah ngeluleh bukti hibah waktu dinana yaddo Sekdani kikmak salah dinana Mursid Arsyad nyak sengaja mulang jak Jakarta rik barong jama tian telu tokoh adat muneh ngelulehni, juga sampai tanno realisasini masalah bukti hibah seno mawek kik ngedok pak berupa kertas sang kelawing ya mawat, disan mak ngedok maksud api-api kintu in jadi buukti sejarah gaoh bahwa dilom Pembangunan di Lampung Barat ji sekam jak Pekon Way Mengaku turuk muneh ngedok kiprah. walaupun bagini Pemerintah mak ngedok guna kidang bagi sekam balak ireh manfaatni sebagai bukti bahwa sekam juga turuk/ikut NYUMBANG CUTIK atas pembangunan senno.

Antak ijapai warah sekedar cerita masa lampau, kekalau sanak kemeno generasi penerus sai ngelanjutkon kehurikan dipekon Way Mengaku mengerti sejarah mani mejarang sai ketetohan aga ngewarahkeni aga bucerita sementara saksi sejarah radu rata-rata mulang ke Rahmatullah (mak lagi/meninggal duunia).

Wassalam daleh tabik Punnnn sekam jelema mak menalom jaoh kik aga mepintar. kintu bang salah kelitah serta penyawa seno andahni kekurangan sekam sai nyata.

TUHA HADAT


Di masyarakat Lampung khususnya masyarakat Lampung Barat dalam suatu kelompok masyarakat selalu ada pemimpinnya, baik dari kelompok terkecil sampai kepada kelompok terbesar yaitu mas,/kemas s/d suntan.

Selanjutya pemimpin tersebut akrab disapa sebagai TUHA HADAT maksudnya yang dituakan dalam adat istiadat,. selanjutnya apa fungsi dari tuha-tuha adat tersebut yang sebenarnya, adapun fungsinya yaitu untuk mengayomi masyarakat anak buahnya dan masing-masing mempunyai tanggung jawab dan saling keterkaitan diantaranya. seorang Suntan akan mengayomi dibawahnya ada empat orang Raja, demikian juga Seorang Raja mengayomi empat orang Batin dst..... sampai kepada tingkat mas. ini dalam struktur akan tetapi dalam pelaksanaannya secara bersama-sama untuk mengayomi anak buahnya didalam adat-istiadat.

Hakekat kepemimpinan dalam adat istiadat adalah mengayomi, meladeni, melayani menampung masalah, dan memusyawarahkannya serta memutuskan sesuatu dengan hasil keputusan bersama-sama dan selalu diupayakan untuk seadil-adilnya dan didalam masyarakat adat tidak mengenal politik/akal-akalan untuk mencapai sesuatu, apabila itu terjadi maka akan timbul saling curiga dan tidak percaya lagi didalam adat istiadat tersebut. jadi sifatnya terbuka apa adanya saling percaya.

Sifat-sifat Keratuan.
Didalam masyarakat adat kita kenal sebagai ratu, sifat-sifat keratuan biasanya timbul secara alami dan memang dibawa dari lahir sebagai penerus keturunan dalam adat istiadat, sebagai contoh pelayanan ratu yaitu bisa disimbolkan dengan seorang ratu membuat Kopi, Teh, dan Susu, semua yang disuguhkan oleh ratu akan terasa manis, kopi manis, teh manis dan susu juga manis tidak dibeda2kan berdasarkan warnanya semua dibuat manis dan bisa dinikmati oleh masyarakatnya. begitulah simbol atau gambaran untuk pelayanan dari seorang ratu.
Disamping itu ratu juga bermakna lain yang masih terkait yaitu "RAta di TUntun" apabila jiwa-jiwa seorang ratu telah datang memimpin sebuah kelompok adat mudah-mudahan dengan Izin Allah didalam adat - istiadat kelompok tersebut akan tercapai suatu Keadilan dan sering kita kenal istilah RATU ADIL. (rata dituntun maka akan timbul suatu kadilan)

Disamping itu bagaimana pula mewujudkannya?. ini akan tergantung dari sifat-sifat manusia dari masing-masing ratu tuha hadat tersebut, pada dasarnya seorang ratu, suntan, tuha hadat hakekatnya tidak bisa kaya, dalam kehidupan sehari-hari. apalagi seorang pemimpin hadat tersebut berada dilingkungan masyarakatnya, mengapa demikian karena waktu dan hartanya tersita untuk kesejahteraan rakyatnya. Dalam kegiatan-kegiatan adat-istiadat di Pekon, dari pemikiran, sumbangan materi dan waktu seharusnnya dan wajib lebih banyak dari masyarakat pada umumnya. dari situlah maka akan timbul rasa hormat dari rakyatnya, jadi hakekat kehormatan didalam adat istiadat itu karena banyak berbuat. bukan tanpa dasar dan kehormatan juga bukan tujuan akhir karena seorang pemimpin adat tidak menghendaki dihormati, apalagi penghormatan dalam ke pura-puraan.

Demikian sekilas uraian hakekat dari TUHA HADAT ini saya tulis sambil dengar lagu dan ditemani kopi manis, sebagai coret-coretan mengekspresikan pengalaman dalam memimpin hadat istiadat semoga bermanfaat Wassalam.

nambah cutik :
Jadi renolah hakekatni jadi tuha hadat, aga mepayah mesusah nguyunko masyarakat mungkin ani rumpok sa pengorbanan tanpa pamrih ikkah sai Kuasa Tuhan YME sai ngebalosni kik wat kebaikan sai dacook tibagi-bagikon, tabik Pun ngilu mahaf kik mak sai faham.

SURAI CAMBAI

Zaman tumbai, wat cerita jelema 3 manak tinggal di lom pulan rua anakni sekitaran umuran sai tuha 4 tahun terus sai ngura umuran 1,5 tahun.

Dilom keluarga seno besepok lom pulan, kondisini dirani sai, tian telu manak mak ngedok kani'an/makanan berupa bias sai haga pakai nyunjong, uleh ni keperitukanni. uleh senolah Mak ni tian rua madek no jeno midor lom pullan nyepok bias.

Sementara tian rua madek juga besepok, muneh sehinnga betunggalah sai gelarni Sekala induh kik bahasa indonesiani sekalaji kidang rasani peros ireh, kik sai lagi mengura warna dilomni mehandak injuk bias/mi, senolah sai diusung tian rua madek mulang mit kubu,...

Sesampai di kubu sekala sai lagi menguira seno dikanik tian rua madek daleh tabor biar mak karuan, na halok belepotan mak tanntu lah kik bahasa indonesiani,.. sehingga sampailah makni mulang muneh jak nyepok bias/nasi jeno ngehalu tian rua madek radu jak nganik sekala daleh bertaburan mit dipa-ipa,....

Penyanani makni sekala seno bias/mi maka singkuhlah makni jama anak ni tean ruano, hingga makni mutusko nyak haga lijung gaoh lah kik keti mak sayang lagi jama nyak,. ani masa bias titabor-taborko reno sedangkan nyak nyepok mak mangsa-mangsa bias sa sampai tano ani.

lijung ni makni yado aga mit batu tangkup khabar ceritani kik radu kuruk lom batu tangkup seno mak dacok luar lagi,...... (mungkin rang bunuh dirilah kasarni cawa)

Kelijunganni makni ditunggu makni di bahni buah/pinang, sambil nutuki makni sanak rua seno, buhiwang-hiwang ngucakko lain udi kik mi ina kittu sekala rememi, reno muneh jama adekni jeno sambil miwang kekala dibabaini rik kekala diiring keni adekni mani lagi sanak, niku adek ani tiiringko melegoh tibabai radu mesedor,.... maka betunggalah jama Ina ni jeno di bah buah/pinang, sanak rua seno disumpikni daleh dihinok keni sampai sanak rua no hinok, kak radu jak seno makni berangkat luwot lijung sampai dibah batang ni buah/pinah sai bareh agak mejaoh jak rangni pinag/buah sai mena, sanak rua jeno minjak jak pedomanni ulehni buah pinang sai gugor atau bulungni buah sai gugor, laju lowot sanak rua jeno nyepoki Ina ni, sambil jalan pulelegoh rik buhiwang-hiwang injuk pertama jeno luot.
renolah kejadiani berualang-ulang hingga sampai di rangni batu tangkup,... waktu di batu tangkup seno sai luar jak batu tangkup ikah kelimpuni makni, sai dihalu tian rua madek jadi senolah sai di kecup-2 tian rua madek.


tambahan cutik :
Warah cerita sinji biasa diusung Datuk ku tumbai daleh sepepiyohan kak mulang jak darak atau sabah, tujuanni yaddo nyin sanak mekahut jama ulun tuhani daleh adek-adekni kik pandai ngewarah keni jama sanak adu pasti sanak sai turuk miwang nengis warah sinjji daleh sai pasti kahut ireh jama ulun tuha rik adek kakakni. renolah cara-carani jelema tumbai ngelajar sanak disamping seno sanak juga ngepepiyoh/ngurut tamong atau kajjongni kak dibingi bakda Isya.

LEGENDA KELEKUP GANGSA ULAR NAGA DI DANAU RANAU


Pada zaman dahulu kala sekitar awal adanya penduduk yang mendiami Pekon Way Mengaku, sekitar keturunan yang ke III, (anak-anak dari sebuay). sebagaimana dalam sejarah bahwa suami dari sebuay adalah seorang laki-laki dari Gunung Aji Ranau,. yang datang ke Pekon Way Mengaku dan menemukan jodohnya pada Se Buay dalam bahasa lampung "Bakas Semanda" yaitu seorang perempuan yang mengambil seorang laki-laki dan dalam hidupnya sehari-hari kegiatan keluarga secara utuh mengikuti pihak istri bahkan hingga akhir hayatnya.

Dari perkawinan tersebut lahir 7 (tujuh) orang anak semuanya laki-laki yang masing-masing punya panggilan/ pengurau :
  1. Umpu Suat;
  2. Se Bebigor;
  3. Se Batin Balak;
  4. Se Mandi Walay;
  5. Se Ujan;
  6. Se Jambi dan
  7. Se Gundang Caring atau Sekutu Ni way.
Ketujuh orang anak-anak dari Se Buay tersebut bagi kami anak keturunannya memanggilnya dengan nama panggilan "Tian Pitu Jong" mereka berpencar untuk meneruskan kehidupan di luar Pekon Way Mengaku ke seluruh penjuru Daerah Provinsi Lampung bahkan sampai Provinsi Banten , hingga kini yang masih terlacak dan kami ketahui posisi dari 6 keturunan yang lainnya dari adik-adiknya yaitu berada di :
  1. Tanjung Heran Sukau;
  2. Penggawa Lima Tengah Krui dan Sekuting Liwa;
  3. Ngambur Krui;
  4. Pangkul, Way Gelang Semaka (Tanggamus);
  5. Tanjungan Kalianda (Lampung Selatan) dan
  6. Banton/Provinsi Banten.

Didalam keluarga tersebut ada sebuah barang pusaka berupa kentongan atau disebut dalam bahasa Lampung adalah "Kelekup Gangsa" kelekup gangsa tersebut gunaknya untuk memberi tanda-tanda kepada semua anggota keluarga khusunya pekon pada umumnya, seperti untuk mengumpulkan keluarga, tanda bahaya dll.

Konon cerita kelekup gangsa tersebut bilamana dibunyikan dengan dipukul / ditabuh maka bunyinya akan sampai ke Pulau Jawa sekitar daerah Banton/Banten itulah sebabnya ada salah satu keturunan dari Pekon Way Mengaku yang berada di daerah Banten dan memiliki keturunan hingga kini.

seiring dengan perkembangan maka keluarga pihak asal suami dari sebuay mengetahui akan hal ikhwal ini, keajaiban dari harta pusaka sebuay berupa kelekup gangsa/kentongan sehingga menimbulkan niat kurang baik dari saudara-saudara pihak keluarga (suami se buay) untuk mencuru kelekup gangsa tersebut.

Dalam proses pencurian kelekup gangsa tersebut ada 2 porsi cerita yan berkembang yaitu, Pertama dicuri oleh sekelompok orang (saudara suami sebuay) akan tetapi dalam setiap langkah dari pencurian tersebut ada salah satu anggota pencuri itu yang meninggal dunia hingga akhirnya pada saat sampai di Danau Ranau tinggal satu orang lagi, maka akhirnya kelekup gangsa itu di rendam di dalam air Danau Ranau agar tidak ketahuan orang lain, guna diteruskan perjalanan keesokan harinya dengan memanggil kawan-kawannya. Porsi Kedua yaitu dicuri sekelompok orang tersebut akan tetapi mengingat perjalanan yang jauh dan ditempuh dengan berjalan kaki ditengah hutan belantara maka perjalanan tersebut baru sampai di Danau Ranau pada waktu sore hari, dan demi keamanan juga di masukan di dalam air Danau Ranau untuk diteruskan perjalana pada keesokan harinya. yang jelas dari kedua porsi cerita tersebut berujung pada Dalam Air Danau Ranau.

Pada keesokan harinya sewaktu perjalanan akan diteruskan ternyata, kelekup gangsa tersebut sudah berubah menjadi se ekor Ular Naga.
Itulah seklas cerita tentang legenda Ular Naga di Danau Ranau yaitu milik Pribumi Way Mengaku, dan hingga kini masih melegenda, pada masyarakat Pribumi Asli Way Mengaku, menjadi cerita dan warah dari zaman ke zaman karena tidak ada berupa buku dokumentasi yang mencatat sejarah dan kisah cerita maka jadilah sebuah warahan (cerita zaman dahulu)
Dan itu pula yang menyebabkan enam keturunan yang lainnya hingga kini masih menetap di tempat-tempat yang disebutkan diatas bahkan telah menyebar luas dan mempunyai banyak keturunan, dikarenakan kentongan untuk memanggil pulang dan mengupulkan mereka berupa kelekup gangsa telah berubah menjadi se ekor Ular Naga di Danau Ranau.

 
Catatan :
Di balik gunung  yang nampak di tengah danau tersebut  ada yang namanya TAPIK, gua bawah danau yang menurut cerita tempat bersemayamnya Ular Naga tersebut, bukti yang ada pada keluarga kami kalau waktu menyeberang di Danau Ranau biasanya perahu tersebut tersangkut sementara di daerah Tapik tersebut, dan keluarga kita mengatakan bahwa orang asli dari way mengaku dan mohon izin maka perahu / kapal tersebut jalan kembali, menurut cerita mereka hanya ingin menyapa saja sebentar itu terjadi pada orang tua saya, dan saya juga pernah mengalami ketika perjalanan dari Suka Banjar, ke Kotabatu Ranau perahu sempat mengarah kebawah Tapik tersebut, diiringi hujan panas waktu itu dan saya ingat kejadian-kejadian tata cara masa lampau maka perahu tersebutpun jalan kembali menuju ke arah Kotabatu Ranau..

PESTA IRAW

Pesta Irau yaitu sebuah pesta perkawinan, diselenggarakan cukup besar / pesta yang sangat meriah pada pernikahan anak Sebuay "Sebatin Balak".

Posisi Pesta Irau ini diselenggarakan di daerah kidupan, depan Kejaksaan Negeri Liwa seberang sawah setukung Kelurahan Way Mengaku Kecamatan Balik Bukit. atau sekitar Pering Belabar, pering belabar ini juga sebetulnya berasal dari bambu-bambu yang dipakai waktu acara kelengkapan pesta berlangsung.

Karena acara yang diselenggarakan begitu besar, maka persyaratan yang dibuat juga cukup besar dalam acara pesta irau tersebut yaitu menyembelih seorang perawan (muly) dengan syarat-syarat harus dipenuhi diantaranya yaitu :
1. Lipas Ketara;
2. Tungu sang runcung;
3. Suyuh kegundang;
4. Kebau Belang;
5. Tuma dll.

Dalam menyediakan persyaratan tersebut, selalu saja tidak mencukupi sesuai dengan persyaratan yang telah dibuat sebagai contoh telah disediakan tungu tetapi lipas ketara belum ada, atau kebau belang yang belum ada sehingga setiap kali diupayakan untuk mencukupi persyaratan tersebut selalu saja tidak terpenuhi secara utuh/komplit.

Dengan tidak tercukupinya persyaratan tersebut maka masing-masing mereka pitu jong, sebebigor, umpu suat, sebatin balak, semandi walay, se ujan, se jambi dan sekutu ni way / segundang caring merasa malu dengan keluarga besarnya untuk menghilangkan rasa malu mereka pindah ke lain tempat bahasa Lampungnya disebut Irau.

Jadi setelah kejadian pesta tersebut mereka mengungsikan diri atau disebut irau kelain tempat seperti ke tanjung heran sukau, sekuting, penggawa lima tengah ngambur, way gelang semaka pangkul, kalianda tanjungan dan sampai ke seberang laut didaerah Banten Jawa Barat yaitu sejauh bunyi kelekup gangsa masih terdengan (waktu kejadian ini kelekup gangsa belum dicuri) oleh pihak keluarga dari Bapak mereka yaitu orang-orang dari Gunung Aji Ranau.

Demikianlah sekilas warah cerita pada zaman dahulu Pesta Irau, yaitu rencana Pesta Besar dengan syarat-syarat yang sulit dan akhirnya tidak terpenuhi kemudian membuat malu mereka terus mengungsikan diri Irau jadilah Pesta Irau.

Untuk bukti yang tinggal sekarang, cuma tinggal batu tempat acara itu berlangsung tepatnya ditengah kebun kopi Bapak Ilyas (Pensiunan Pegawai Dinas PU Binamarga) sedangkan pering/bambu belabar telah habis seiring perkembangan penduduk digunakan untuk lanjaran tanaman cabe serta buncis karena daerah tersebut adalah daerah pertanian yang produktif.

WAY MENGAKU

Apa itu arti dan makna kata Way Mengaku serta sejarahnya.? dalam tulisan dibawah ini saya tuliskan berupa sejarah, warah, cerita dalam sekelumit tulisan yang mudah-mudahan bermakna dan beruna tentunya.

Selintas cerita bahwa, pada zaman dahulu kala ada empat keluarga yang datang secara bersamaan dari India Malaka, ada pula yang mengatakan India Belakang yang jelas dari wilayah India yang sengaja datang ke Lampung menggunakan perahu di 4 (empat) lokasi yaitu di Kalianda, Kotabumi dan Menggala dan Lampung Barat tepatnya pertama kali di Pulau Pinang, (sekarang seberang sawah dusun sukamenanti Liwa) dari keluarga tersebut pertama kali mempunyai anak keturunan perempuan diberi nama Se Buay, dan anak keturunan yang kedua adalah laki-laki adat istiadat Lampung di Liwa khususnya yang menjadi penerus generasi yaitu keturunan dari pihak laki-laki atau patrilinial untuk itu beban dan tanggung jawab yang ada pada keluarga otomatis dibebankan kepada anak-laki-laki.

Untuk itulah Sebuay mengakui kalau yang dituakan dalam keluarga itu anak laki-laki, maka untuk itu timbul kata-kata Buay Mengaku artinya si Buay yang mengakui kalau adiknya yang laki-laki itu yang dituakan dalam keluarga walaupun se Buay adalah anak tertua dan pertama lahir dalam keluarga. dari kata Buay Mengaku itu kini dirobah dalam pengucapannya menjadi Way Mengaku, sedangkan sejarah otentik yang ada dalam "Tamborkh" adalah Buay Mengaku.

Anak keturunan dari adik laki-laki nya itu memiliki 4 (empat) orang disebut Paksi Pak Marga Liwa, lokasi mereka yaitu berada di Pasar Liwa, Sebarus/Pekon Tengah dan Way Empulau Ulu untuk yang berada di Pasar Liwa keturunan yang terakhir penerus keturunan anak laki-laki adik sebuay tersebut yaitu Suntan Pasak Negara di Sukanegeri Negara Batin Liwa Lampung Barat.
Sedangkan yang anak keturunan dari Se Buay yang ada di Way Mengaku berjumlah 7 (tujuh) orang dan mereka berpencar semenjak terjadinya Pesta Irau di daerah Kidupan/Pering Belabar (lokasi depan kejaksaan negeri liwa seberang sawah setukung) karena mereka malu akibat persyaratan pesta besar tersebut tidak dapat dipenuhi secara keseluruhan ditambah kepergian mereka tersebut tidak bisa pulang kembali ke Way Mengaku dikarenakan kelekup gangsa sebagai alat untuk memanggil mereka pulang pun telah dicuri oleh Saudara mereka dari Ranau maka anak keturunan Si Buay terpencar-pencar akan tetapi suatu saat mereka akan kembali mencari asal muasal keturunan mereka, dari keturunan yang tinggal hingga saat ini keturunan terakhir saat ini adalah Suntan Pemuka Sandaran Agung.

Demikian sekelumit cerita warah sejarah asal muasal penduduk Way Mengaku serta kata pekon Way Mengaku, sekarang dengan aturan pemerintah menjadi kelurahan Way Mengaku. sebetulnya banyak sekali sejarah yang terkadung didalam berdirinya pekon way mengaku dari awal mula yang saling berkaitan, bersambungan antara satu cerita warah dengan cerita warah lainnya karena pekon ini adalah pekon yang terbilang sangat tua, akan tetapi karena masyarakatnya tidak begitu gandrung dengan yang namanya sejarah maka tidak tergali, cerita dan warah ini adalah apa adanya dan tidak ada kepentingan baik dari perseorangan atau kepentingan politik, dan sebagian besar cerita di-blog ini ada kaitannya dengan keberlangsungan pekon way mengaku dari masa ke masa.
----------------------------------------------

Untuk keluarga asal muasala dari Kebuayan Buay Mengaku, mari kita jalin kembali persaudaraan diantara kita semua, paling tidak dengan komunikasi walaupun lewat media maya adanya, karena informasi terakhir yang saya ketahui, anak keturunan Se Buay tersebut yang berada di Banten telah menyebar luas dan beranak cucu sampai ke arah Jawa Timur.

(Wallohualam Bisawwaf termasuk yang meresmikan Kabupaten Lampung Barat dulu Jend. Pur (alm) Rudini juga salah satu anak keturunan sebuay hal itu disampaikannnya waktu ramah tamah selesai penandatanganan prasasti peresmian Kabupaten Lampung Barat kala Itu 24-September-1991 di Aula Kantor Bupati Lampung Barat)